Skenario Film Pendek
Naskah: Asa Jatmiko
Pemain:
-
Ndoro Kakung
-
Denmas Gondrong
-
Pak Agus
-
Bu Agus
-
Pak RT
-
Pak Sapon
-
Anisa
-
Tukang Rentenir
-
Orang-orang
SEQUENCE 1
-
Bu Agus yang lagi mencuci pakaian di sumur. Anak perempuannya
datang, Anisa, dan mengatakan ia tidak bisa belajar PJJ, karena handphone-nya
belum android. Ibunya sangat tahu suaminya juga belum punya uang. Ia hanya
mengatakan kepada anaknya untuk bersabar.
-
Pak Agus yang sedari tadi tengah gebyar-gebyur di kamar
mandi, keluar dan berhenti di pintu kamar mandi. Istrinya langsung mengatakan
kesulitan anaknya, yang lalu suaminya menjawab ia akan segera ke kota, cari
uang. Suami istri itu sempat adu mulut mengenai keadaan ekonomi mereka, saling
menyalahkan.
-
Percekcokan mereka sempat didengar oleh Pak Sapon dari balik
dinding rumah. Karena ketahuan, Pak Sapon malah kemudian juga didamprat suami
itu karena telah mencuri dengar pembicaraan rumah tangga orang lain. Pak Sapon
mengatakan, ia datang bukan untuk mencuri dengar, tetapi untuk menyampaikan
undangan syukuran dari Ndoro Kakung.
01. EXT. SUMUR – PAGI HARI
BU AGUS TENGAH
MENCUCI PAKAIAN. SESEKALI IA MENGUSAP RAMBUTNYA DENGAN LENGANNYA. DI SEKITARNYA
ADA BEBERAPA EMBER BERISI BAJU-BAJU DAN AIR. TIDAK LAMA KEMUDIAN, ANISA
BERJALAN DARI DALAM RUMAH DAN BERDIRI DI PINTU MELIHAT KE ARAH IBUNYA. DARI
DALAM KAMAR MANDI, SAYUP-SAYUP TERDENGAR GEBYURAN AIR ORANG MANDI.
BU AGUS:
Sudah belajar sendiri dulu sana. Nanti Ibu temani kalau ini
sudah selesai.
ANISA:
(DIAM SAJA, HANYA MENATAP IBUNYA YANG KEMUDIAN MELANJUTKAN
MENCUCI PAKAIAN)
BU AGUS:
Anisa?
ANISA:
Ibu punya uang ndak buat beli hape?
BU AGUS:
Hape? Buat beli tempe saja ndak ada, mau beli hape.
ANISA:
Pembelajaran Jarak Jauh itu harus pakai hape, Bu.
Dari absen sampai pelajaran, semua online.
Nisa ndak bisa sekolah kalau seperti ini.
BU AGUS:
Hmm…
Coba nanti bilang sama Bapakmu.
PAK AGUS
KELUAR DARI KAMAR MANDI, DENGAN HANYA PAKAI HANDUK.
BU AGUS:
Itu lo, ditanya sama anakmu…
ANISA:
Nisa butuh hape, Pak.
PAK AGUS:
Itu punya Bapak, dipakai saja kenapa.
ANISA:
Hape Bapak jadul. Ndak bisa internetan.
BU AGUS:
Hapenya itu yang support buat sekolah, Pak. Android. Jadi
bisa mengikuti pelajaran jarak jauh. Hapenya Bapak kan Cuma bisa sms sama buat
nelpon tok…
PAK AGUS:
Jadi harus beli?
BU AGUS:
Kamu bisa bikin?
PAK AGUS:
Aku nanya baik-baik…
BU AGUS:
Tapi jawabanmu itu berbelit-belit.
Punya uang apa ndak, itu saja. Kalau punya, itu Nisa
dibelikan hape buat sekolah.
PAK AGUS:
Ndak punya. Ini aku akan pergi ke kota, semoga dapat rejeki.
BU AGUS:
Sekalian, cari buat mbayar tunggakan utang-utang.
Pusing aku tiap hari didatangi tukang tagih utang!
PAK AGUS:
Iyaaa, tapi ndak usah nge-gas begitu!
BU AGUS:
Kalau ndak ng-gas kamu itu ndak mudheng!
Aku sudah jungkir-balik, serabutan kesana-kemarin cari uang,
jadi tukang cuci baju…la kamu??
Kerjaannya cuma pergi menghindari tukang tagih utang!!
PAK AGUS:
(SUARA KERAS) Sudah!! Pagi-pagi sudah ribut!!
ANISA MENUTUP
PINTU DENGAN KERAS SEHINGGA MENGAGETKAN KEDUANYA. SEMENTARA DARI BALIK DINDING
RUMAH SEBELAH LAIN, PAK SAPON MENCURI DENGAR PEMBICARAAN MEREKA. PAK AGUS YANG
BERJALAN KE ARAH JEMURAN HENDAK MENJEMUR HANDUK, MENGETAHUI KEHADIRAN PAK
SAPON.
PAK AGUS:
Nguping?
PAK SAPON:
Mboten
PAK AGUS:
Ngintip?
PAK SAPON:
Mboten
PAK AGUS:
Jangan suka mencampuri urusan orang lain, Pak. Aku ndak suka!
Sudah pergi sana!!
PAK SAPON:
Anu, Pak Agus. Saya disuruh Ndoro Kakung untuk menyampaikan
undangan kenduri, besok Sabtu malam.
PAK AGUS:
Ndoro Kakung syukuran?
PAK SAPON:
Nggih
PAK AGUS:
Mau kenduren, mau syukuran, mau dangdutan…terserah!
Sudah pergi sana! Awas kalau Pak Sapon nguping dan ngintip
seperti ini lagi!!
PAK SAPON:
Mboten. (PERGI)
SEQUENCE 2
-
Ndoro Kakung tengah berdiskusi dengan anaknya, Denmas
Gondrong, mengenai rencana syukuran yang akan diadakan. Tetapi, Ndoro Kakung
sepertinya agak kurang bergairah lagi untuk mengadakan syukuran.
-
Denmas Gondrong menanyakan perubahan itu kepada Bapaknya. Ndoro
Kakung merasa tidak enak sendiri mengadakan syukuran, setelah mendengar (dari
Pak Sapon) keluarga Pak Agus lagi kesulitan.
-
Dari pembicaraan mereka, kemudian muncullah ide untuk
membantu Pak Agus.
02.
INT. RUANG TENGAH – SIANG
NDORO KAKUNG TENGAH
BERBICARA DENGAN DENMAS GONDRONG, MERENCANAKAN ACARA KENDURI/ SYUKURAN.
NDORO KAKUNG:
Kendurenan ini sebagai wujud syukur, panenan kopi tahun ini
baik. E, ngepasi kamu juga sudah wisuda sarjana. Malah baru kali ini Bapak yang
langsung memindahkan tali toga kesarjanaan…, lewat daring, wisuda di rumah….
Puji Tuhan. Sepertinya koq layak kalau kita adakan syukuran, meskipun
sederhana.
DENMAS GONDRONG:
Iya, Pak.
Ini tadi saya coba rancang kebutuhan untuk kendurenan, juga
tidak terlalu banyak biayanya. Ndak enak juga dengan tetangga, to, lagi masa
sulit seperti saat ini.
NDORO KAKUNG:
Yang masak nanti biar ibu-ibu, kita pasrahkan sama mereka.
Pak Sapon juga sudah keliling menyampaikan undangan.
DENMAS GONDRONG:
Sudah, to?
NDORO KAKUNG:
Sudah.
DENMAS GONDRONG:
Saya mau sekalian nitip, je. Beli besek di pasar buat tempat
nasi berkat.
NDORO KAKUNG:
Di-wa saja, biar dia sekalian mampir ke pasar.
Ini tadi baru saja nemui Bapak, laporan kalau undangan sudah
disampaikan langsung ke rumah-rumah. Terus dia bilang mau pulang sebentar.
DENMAS GONDRONG:
(SESAAT MEMPERHATIKAN NDORO KAKUNG) Pak, ada apa?
Sepertinya koq kurang bersemangat begitu. Beda dengan
sebelum-sebelumnya, Bapak selalu bersemangat membicarakan rencana syukuran.
NDORO KAKUNG:
Entah kenapa, Bapak itu lagi kepikiran sama Pak Agus.
DENMAS GONDRONG:
Pak Agus? Ada apa?
NDORO KAKUNG:
Pak Sapon tadi bilang, dia sempat mendengar Pak Agus dan
istrinya cekcok. Anaknya minta hape untuk pembelajaran jarak jauh sekolahnya.
(DIAM SEBENTAR) Bapak tadi berpikir, apa kita batalkan saja
kendurenan kita itu, ya?
DENMAS GONDRONG:
Maksud Bapak?
Sebentar to, undangan sudah disebar koq dibatalkan. Kita
malah nanti yang ndak enak, dikira sengaja mau mempermainkan warga.
NDORO KAKUNG:
La, Bapak itu jauh merasa lebih tidak kepenak, kita syukuran
sementara ada tetangga kita kesusahan.
Apa gini saja, biaya untuk kenduri kita belikan hape buat
anaknya Pak Agus, gimana? Jadi, kita syukuran tapi wujudnya tidak kendurenan,
tapi dengan menyalurkan bantuan.
DENMAS GONDRONG:
Ya, baik juga, Pak. Tapi maksud saya, kalau kendurenan itu
dibatalke, apa malah kita itu tidak wirang namanya?
(DIAM SEBENTAR) Sebentar, Pak. Setengah-setengah, gimana?
NDORO KAKUNG:
Maksudnya setengah-setengah? Kurang total, begitu?
DENMAS GONDRONG:
Biaya untuk kendurenan dipakai setengahnya saja, cukup ndak
cukup. Setengahnya, untuk membantu Pak Agus.
NDORO KAKUNG:
Loya ndak cukup to buat beli hape?
DENMAS GONDRONG:
Saya akan coba ceritakan ini ke teman-temanku di sini, siapa
tahu mereka juga terketuk hati untuk membantu. Minimal ada ide apa gitu-lah…
NDORO KAKUNG:
Ehm…begitu, ya?
DENMAS GONDRONG:
Tapi, ya itu, kalau ternyata masih kurang, Bapak yang
nambahi, ya?
NDORO KAKUNG:
Haish…kamu itu.
Itu namanya sama saja…
MEREKA TERTAWA BERSAMA.
SEQUENCE 3
-
Seorang rentenir datang, dan dengan sikap yang tidak sopan
sama sekali ia menagih hutang Bu Agus. Bu Agus hanya bisa menjanjikan nanti
sepulang suaminya dari kota, pasti dia akan bayarkan.
-
Ia hendak membawa sepeda motor satu-satunya milik keluarga
Pak Agus, sebagai ganti untuk membayar tunggakan. Bu Agus menangis, dan memohon
untuk jangan dibawa, karena itu milik satu-satunya.
-
Sepeda motor itu dibawa tukang rentenir, dan menghilang di
kelokan jalan.
03.
EXT. DEPAN RUMAH PAK AGUS
– SIANG
HALAMAN
RUMAH PAK AGUS. PINTUNYA NAMPAK TERTUTUP. HANYA ADA SEBUAH SEPEDA MOTOR
TERLETAK DI TERAS.
TIDAK
BERAPA LAMA, DATANG SEORANG TUKANG TAGIH HUTANG. DENGAN TAS PINGGANG KECIL
TERSELEMPANG.
TUKANG TAGIH:
Kulanuwuuun…
Permisi…
BU AGUS:
(DATANG DARI ARAH RUMAH
TETANGGA) Mangga….
(SETELAH TAHU SIAPA YANG
DATANG) Walah, Mas, belum ada uang sekarang.
TUKANG TAGIH:
Wah, jangan begitu, Bu.
Hari ini harus ada pembayaran. Ini sudah hampir 6 kali menunggak.
BU AGUS:
Belum ada yo, mas. Ini
suami saya juga baru mencari uang. Kalau nanti dapat, besok kami bayarkan.
TUKANG TAGIH:
Ndak bisa, Bu. Hari ini
harus. Laporan saya ke kantor, terus bagaimana?
TUKANG TAGIH ITU LALU
MENDEKATI SEPEDA MOTOR, KEMUDIAN MENCOBA MEMBAWA SEPEDA MOTOR ITU.
BU AGUS:
Jangan main sikat
seenaknya begitu, mas. Kami akan bayar, pasti, mas. Tolong motor itu jangan
dibawa. Ini satu-satunya milik kami, buat wira-wiri antar cucian baju.Jangan
kuatir kami tidak bayar, kami pasti akan bayar…
TUKANG TAGIH:
Ah, dari kemarin juga
bilangnya begitu. Tapi nak dibayar-bayar juga.
MEREKA SEMPAT SALING REBUTAN MOTOR.
SAMPAI SECARA TIDAK SENGAJA TUKANG TAGIH ITU MENDORONG BU AGUS HINGGA TERJATUH.
BU AGUS MENANGIS.
TUKANG TAGIH:
Mana kunci kontaknya?
Mana??
KEMUDIAN TUKANG TAGIH ITU SEMAKIN
SEENAKNYA, MASUK RUMAH DAN MENCARI KUNCI KONTAK SEPEDA MOTOR. TERDENGAR IA
MASIH TERIAK-TERIAK DARI DALAM RUMAH, MENCARI KUNCI. ANISA YANG DARI AWAL ADA
DI DALAM RUMAH, MENANGIS BERLARI KE LUAR DAN MENDEKAT KE ARAH IBUNYA.
TAK BERAPA LAMA TUKANG TAGIH ITU
KELUAR DARI RUMAH, DENGAN TELAH MENGGENGGAM KUNCI KONTAK SEPEDA MOTOR. LALU IA
PUN BERGEGAS PERGI BERSAMA MOTOR SITAANNYA.
BU AGUS DAN ANISA MENANGIS
SESENGGUKAN DI ATAS TANAH. ANISA MEMELUK IBUNYA.
SEQUENCE 4
-
Sepeda motor itu berbelok di ujung jalan dan tiba-tiba
berhenti karena Denmas Gondrong menghadangnya. Denmas Gondrong mendekati tukang
rentenir itu, dan mematikan mesin motor, lalu mengambil kontaknya. Tukang
rentenir marah-marah untuk jangan ikut campur.
-
Denmas Gondrong kemudian mengatakan, agar jangan membawa
motor itu, dan ia akan membayar tunggakannya. Lalu tukang rentenir itu pergi
berjalan, sementara Denmas Gondrong memperhatikan sepeda motor itu seperti
melihat betapa sulitnya ekonomi keluarga Pak Agus.
04.
EXT. UJUNG SEBUAH JALAN -
SIANG
TUKANG
TAGIH DENGAN SEPEDA MOTORNYA TIBA DI SEBUAH BELOKAN JALAN. DIA SANGAT TERKEJUT,
KARENA DI TENGAH JALAN, BERDIRI SEORANG PEMUDA (DENMAS GONDRONG). MENGEREM
MENDADAK DAN HAMPIR TERJATUH.
TUKANG TAGIH:
Maksudmu apa, berdiri di tengah
jalan? Ingin ketabrak motor? Ingin bunuh diri?
DENMAS GONDRONG:
Maksudmu apa bawa motor bukan
milikmu? Sok jagoan? Ingin mati di sini?
TUKANG TAGIH:
Kamu jangan macam-macam, ya! Ini
urusan saya sama Pak Agus! Sudah resiko kalau ndak bisa mbayar, barang disita!!
DENMAS GONDRONG:
Benar begitu caranya?! Sudah benar?!
Kalau kamu punya hutang sementara kamu belum bisa membayarnya saat itu, kamu
mau diperlakukan juga semena-mena seperti yang kamu lakukan itu?
TUKANG TAGIH:
Aku ndak ada urusan sama kamu.
Minggir!!
DENMAS GONDRONG:
Berapa hutang Pak Agus?
KEMUDIAN
ANGIN MENDESIS, PERCAKAPAN MEREKA TIDAK TERDENGAR. TETAPI NAMPAK JELAS BAHWA
TUKANG TAGIH ITU MENUNJUKAN SURAT DARI DALAM TASNYA BERISI JUMLAH TAGIHAN, YANG
LALU DIBERIKAN KEPADA DENMAS GONDRONG, DENMAS GONDRONG MEMBERIKAN SEJUMLAH UANG
KEPADA TUKANG TAGIH.
DENMAS
GONDRONG MENGAMBIL KUNCI KONTAK MOTOR.
DENMAS GONDRONG:
Sekarang kembalikan motor itu di
tempat semula.
TUKANG
TAGIH BINGUNG. LALU IA MENGERTI, IA MENUNTUN SEPEDA MOTOR ITU, PUTAR BALIK
MENUJU RUMAH PAK AGUS.
SEQUENCE 5
-
Denmas Gondrong menyampaikan gagasannya bersama Ndoro Kakung,
untuk mengajak warga RT membantu kesulitan Pak Agus. Dirinya minta ijin untuk
mengkoordinir bantuan dari warga.
-
Pak RT mengingatkan untuk transparan, minimal dia diberitahu,
sehingga apabila ada pertanyaan dari warga dia bisa menjelaskan. Denmas
Gondrong setuju, dan begitulah sebaiknya.
05.
EXT. TERAS RUMAH PAK RT
PAK
RT DAN DENMAS GONDRONG TENGAH BERBINCANG.
PAK RT:
Ini gagasan yang baik sekali, Denmas.
Jadi nanti setelah terkumpul uangnya, akan dibelikan hape untuk Anisa, anaknya
Pak Agus itu? Lalu respon warga di sini bagaimana?
DENMAS GONDRONG:
Para warga malah sangat bersemangat
untuk membantu. Ada yang memberi seratus ribu, dua ratus, variasi menurut
kemampuan masing-masing. Dan ini uangnya sudah terkumpul, Pak RT.
PAK RT:
Wah, ini sangat membanggakan. Saya
sebagai RT, benar-benar merasa terharu dengan rasa kesetiakawanan para warga.
Terimakasih lo, Denmas, bantuan ini tentu akan sangat berguna buat Anisa
bersekolah.
DENMAS GONDRONG:
Ini sebetulnya ide Bapak. Saya
kemudian hanya menjalankannya saja.
PAK RT:
Iya..iya… Tapi saya ingatkan, semua
sumbangan itu ditulis loya. La nanti kalau ada warga yang iseng nanya, kan saya
bisa jawab bagaimana penggunaannya. Meskipun ini sumbangan sukarela, tetapi
kita juga harus menjaganya secara amanah. Meskipun tidak ikut memakai uangnya,
kita juga harus mempertanggungjawabkan pemanfaatannya.
DENMAS GONDRONG:
Iya, Pak RT. Untuk itulah saya
kemari, agar semua menjadi jelas, transparan dan bisa dipertanggungjawabkan
dengan baik.
PAK RT:
(MENGANGGUK-ANGGUK)
SEQUENCE 6
-
Anisa tengah belajar. Di depannya sebuah android menyala.
-
Di ruang yang lain Bu Agus dan Pak Agus tengah berbincang,
mengenai hutang ke rentenir yang dibayarkan orang. Bu Agus bertanya apakah
tidak akan menghadiri syukuran di rumah Ndoro Kakung, Pak Agus seperti ndak
kepengin menjawab dan tidak sengaja melihat ke Anisa yang sumringah belajar
dengan android di depannya. Pak Agus menanyakan ke istrinya android siapa.
06.
INT. SEBUAH RUANG DI DALAM
RUMAH PAK AGUS
PAK
AGUS DAN ISTRINYA TENGAH BERBINCANG DI MEJA MAKAN. TERLIHAT JUGA ANISA TENGAH
BELAJAR DI SISI YANG LAIN, DENGAN SUMRINGAH MENGHADAPI HAPENYA.
BU AGUS:
Lo, koq belum berangkat? Sudah hampir
jam 9 lo ini.
PAK AGUS:
Berangkat kemana?
BU AGUS:
Kemarin katamu Pak Sapon ngundang
kendurenan di rumah Ndoro Kakung.
PAK AGUS:
Aku koq males banget, ya.
BU AGUS:
Kenapa? Lagi ada masalah sama Ndoro
Kakung? Mereka itu ngadakan kendurenan buat syukuran anaknya sudah wisuda
sarjana. Kita sebagai tetangganya, kan sebaiknya juga mendukung. Mereka ingin
berbagi kebahagiaan dengan tetangga. Sudah berangkat sana, ndak enak kamu tok
yang ndak kelihatan di antara bapak-bapak.
PAK AGUS:
Sebetulnya aku penasaran. Di saat
lagi kita kesusahan seperti ini, Ndoro Kakung malah mengadakan pesta seperti
itu. Apa itu ndak menghina sebetulnya?
BU AGUS:
Pikiranmu koq ya sampai ke sana-sana,
to Pak?
Ndoro Kakung itu orang baik. Dia perhatian sama orang, sama tetangga.
Buktinya, Anisa juga dibelikan hape untuk belajarnya. Kurang bai kapa coba?
PAK AGUS:
Hape itu dari Ndoro Kakung?
BU AGUS:
La dari siapa lagi. Semua orang
bungkam kalau aku tanya soal itu. Ya sudah, pikirku, ini dari Ndoro Kakung.
Soalnya apa, lewat Pak Sapon dia tahu kita kemarin ribut soal hape.
PAK AGUS TIBA-TIBA MERASA AMAT MARAH.
PAK AGUS MENGEPALKAN TANGANNYA. LALU MEMUKULKANNYA KE MEJA.
SEQUENCE 7
-
Pak Agus melabrak Ndoro Kakung. Sementara itu suasana
syukuran (kenduri) yang baru saja selesai. Orang-orang mulai pamit dengan Ndoro
Kakung, dan berjalan pulang membawa berkat. Dengan kemarahan besar namun suara
yang ditahan karena sungkan ada orang-orang, Pak Agus mengatakan bahwa undangan
Ndoro Kakung kendurian hanyalah penghinaan terhadap orang kecil. Apalagi
kendurian itu adalah bukti bahwa Ndoro Kakung sama sekali tidak memiliki
tenggang rasa, tetangganya tengah kesulitan. Ndoro Kakung hanya mau menunjukan
diri ke tengah warga bahwa dia telah membantu keluarga Agus begitu, kata Pak
Agus.
-
Ndoro Kakung yang sebelumnya hanya menanggapi dengan senyum
dan diam, kemudian mengatakan bahwa kendurian ini sudah lama direncanakan. Soal
membantu, itu adalah bantuan dari warga, bukan dirinya.
-
Pak RT hendak pamit, begitu melihat dua orang itu tengah
serius, kemudian ikut bicara. Pak Agus mestinya tidak bicara seperti itu kepada
Ndoro Kakung. Inisiatif untuk mengajak warga membantu Pak Agus, justru datang
dari Ndoro Kakung yang dikoordinir Denmas Gondrong. Dan sama sekali tidak
bermaksud menghina. Pak RT menambahkan dan seraya memberikan, ada kelebihan
uang bisa dipergunakan untuk membeli quota untuk belajar Anisa.
-
Pak Agus minta maaf kepada Ndoro Kakung, dan mengucapkan
terimakasih.
07.
EXT. HALAMAN RUMAH NDORO
KAKUNG – MALAM HARI
KEPALAN
TANGAN PAK AGUS DI ATAS MEJA. SEMENTARA ORANG-ORANG BARU SAJA KELUAR DARI DALAM
RUMAH NDORO KAKUNG, SATU PERSATU PAMIT. SEIRING ITU MASIH TERDENGAR SHALAWATAN
DARI DALAM RUMAH.
PAK AGUS:
Sampeyan koq tegel, Ndoro Kakung?
Maksud ndoro kakung sebenarnya apa? Mau menghina keluarga saya dengan pamer
kekayaan seperti ini? Mengundang warga berkumpul di rumah Ndoro Kakung, begitu?
Sementara kami sedang dililit utang dan banyak kesulitan…
Saya orang miskin, Ndoro. Tapi kalau
kehormatan saya diinjak-injak, saya tidak terima.
NDORO KAKUNG:
Ini soal apa, Mas Agus? Mas Agus
tidak terima saya mengadakan kendurenan?
PAK AGUS:
Kendurenan silakan, bebas. Saya cuma
mau bertanya, tenggang rasa Ndoro Kakung itu dimana?
NDORO KAKUNG:
Aku koq belum mudheng, ya Mas. Saya
kendurenan, kan Mas Agus juga saya undang. Dan Mas Agus memilih untuk tidak
datang. Datang ini pun sudah sambal mencak-mencak melabrak saya.
PAK AGUS:
Ndoro kan yang membelikan hape anak
saya? Ndoro kan yang melunasi hutang-hutang saya sama rentenir itu? Saya masih
bisa cari uang, Ndoro. Tidak usah Ndoro bantu, kami masih bisa hidup.
TANPA DIKETAHUI OLEH MEREKA, PAK RT
RUPANYA TELAH MENDENGAR PEMBICARAAN MEREKA. PAK RT SEBENARNYA AKAN PAMIT KEPADA
NDORO KAKUNG, TETAPI KARENA MENDENGAR SUASANA AGAK MEMANAS, PAK RT MEMILIH
BERTAHAN.
PAK RT:
Nyuwun sewu. Mohon maaf sebelumnya.
Saya dengarkan dari tadi, sepertinya memang saya harus ikut bicara. Mohon maaf
Ndoro Kakung, dan Pak Agus. Begini:
Apa yang diberikan kepada Pak Agus,
adalah sumbangan dari seluruh warga RT kita. Semua ini dilakukan bukan untuk
menghina Pak Agus. Ini untuk mendukung sekolahnya Anisa.
Memang, ini adalah inisiatif Ndoro
Kakung, yang kemudian dikoordinir oleh Denmas Gondrong untuk pengumpulan
sumbangan sukarela warga. Semuanya tercatat, dan saya sebagai RT juga
mengetahui. Dan semuanya itu tidak ada hubungan sama sekali dengan kendurenan
malam ini, karena rencana kendurenan ini sudah lama, jauh sebelum ada rencana
pengumpulan sumbangan sukarela dari warga.
Jelas, ya Pak Agus?
PAK AGUS:
Jadi ini sumbangan seluruh warga, Pak
RT?
PAK RT:
Iya.
PAK AGUS:
Terimakasih, Pak RT.
Ndoro Kakung (MELIHAT KE ARAH NDORO
KAKUNG, KEMUDIAN BERPELUKAN) Saya minta maaf telah berpikiran jelek sama Ndoro
Kakung.
NDORO KAKUNG:
(MEMBALAS PELUKAN ITU, KEMUDIAN
MENEPUK-NEPUK PUNDAK PAK AGUS)
SEQUENCE 8
-
Pak Agus mengintip dari luar rumahnya, Anisa yang tengah
belajar ditemani ibunya. VO: “Alhamdulillah, anakku bisa belajar lagi.”
08.
EXT. DEPAN/SAMPING RUMAH
PAK AGUS – MALAM
PAK
AGUS MENGINTIP DARI LUAR RUMAHNYA, ANISA YANG TENGAH BELAJAR DITEMANI IBUNYA.
PAK AGUS (VO):
Alhamdulillah, anakku bisa belajar
lagi. Maturnuwun Gusti.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar