Sabtu, 28 September 2013

Menelusuri Cengkeh, Catatan Perjalanan (1)

020913, Manado

Tepat jam 5, sebuah sedan camry berhenti di depan rumah.
Lalu jam 6 lebih, aku tiba di bandara Ahmad Yani, Semarang. Menuju pojokan, dan masuk ke Semarang Cafe untuk minum secangkir kopi hitam.

Dia masih menyinariku, seperti matahari yang tak pernah lelah. Dia masih menyemangatiku, dengan kasihnya. Dia tahu, semalaman aku hilang bentuk remuk, dirajam kerikil kehidupan. Dan dia memastikan Tuhan menyertaiku lewat doa-doanya yang mendamaikan jiwaku.

Penerbanganku ke Manado, tidak bisa langsung dari Semarang. Aku harus terbang ke Jakarta dulu, baru kemudian berpindah ke pesawat lainnya menuju Manado. 7:40 meninggalkan Semarang, dan nanti di 11:00 meninggalkan Soekarno-Hatta Jakarta.

Tiga jam lebih beberapa menit, Garuda dengan nomor penerbangan GA600 mendarat mulus di Bandara Sam Ratulangi, Manado. Ini perjalanan terjauh pertama dalam hidupku selama ini. Beberapa kali melewati cuaca buruk di tengah langit yang kelabu, sampai entah berapa kali. Aku tidak tahu betul, karena aku kemudian kembali tertidur. Rasanya tak ada sedikit pun kecemasan. Seperti sudah kuniatkan dan kupasrahkan perjalanan ke Manado ini.

Gadget-ku menanyakan persetujuanku untuk merubah ke waktu Indonesia bagian tengah, bertambah 1 jam. Aku klik "yes", dan waktu bertambah. Bandara Sam Ratulangi, aku menginjakkan kaki pertama kali di sini, hari ini. Dan kerinduan, semakin menggigit. Kehangatan kebersamaan selama ini, kuhadir-rasakan di dalam hati, tapi tak jua memuaskan. Hambar, dan tetap teronggok dalam perasaan sepi. Terlebih, ketika hari ini kau juga lebih sering mengatakan "sepi" itu, benar semakin nyatalah perasaan itu yang meruang di sini.

Kami langsung menuju Kantor DSO Manado. Melintasi jalan-jalan yang dipenuhi gereja-gereja, seperti kukabarkan padamu.

Hari yang tinggal sepenggal menuju senja, aku habiskan di gudang pembelian cengkeh Manado. Mengambil video beberapa aktivitas yang ada: penerimaan (pembelian) cengkeh dari petani, menimbang bobot, menginspeksi kualitas cengkeh, pengepakan, hingga cengkeh siap dikirim ke gudang cengkeh di Kudus.

Masih sangat sedikit, kurasa. Aku sendiri masih menjadikan pengambilan gambar senja ini sebagai percobaan dan cek peralatanku.

Berangkat malam, kami menuju ke Swiss-Bel Hotel. Sempat mampir ke sebuah restoran, dengan menu utama: daging babi. Di sinilah aku sempat berbicara, bermaksud menghiburmu, agar merasakan benar aku di sini karena untukmu. Aku di sini, tapi juga aku ada di dekatmu, selalu.

Di kamar 810, aku sendiri. Mandi, dan mempersiapkan lagi alat-alat, agar siap dipergunakan esok pagi. Aku membayangkan seandainya kamu di sini, dan nanti malam berbaring di ranjang satunya. Sembari aku menuliskan journal ini, kamu menantiku sembari membaca kisah-kisah yang meneguhkan makna "Kasih". Lalu aku akan menyusul tidurmu, nanti sesudah aku menyelesaikan tulisan ini dan menaburkan doa buatmu. Tidur di ranjang satunya, di sebelah ranjangmu, dengan rasa damai seperti damai yang dijanjikanNya.

-aj-

Tidak ada komentar: