Minggu, 03 Februari 2013

Kisah Setangkai Teratai

Oleh. Asa Jatmiko


Tiba-tiba aku menuliskan larik-larik puisi, yang akhirnya kuberi judul “Teratai”. Setelah sekian lembar kertas aku habiskan, dan hanya berisi beberapa kalimat gagal, dengan beberapa tema yang berlainan.

Aku menemukannya, ketika aku teringat kepada seseorang yang selama ini telah menginspirasiku. Dan kemudian mengalirlah larik-larik puisi “Teratai”, dengan segala kesederhanannya.


TERATAI
--> tuk seseorang yang banyak menginspirasiku


Kau Teratai
Mekar indah dan wangi
Malam di tepi kolam
Bulan bercumbu di bayangmu

Kau Pujaan
Cahaya dalam gelap malam
Air enggan bergelombang
Awan dan bintang berpelukan

Kau telah membuat semua ini indah
Menjadikan cinta ini penuh gairah
Aku tak lagi tenggelam
Cintamu yang telah menyelamatkan

Kau anugrah
Jangan bosan dan layu
Sebab kau malaikatku
Airmata-ku menggenang
Bila aku kau tinggalkan.

-aj-



Puisi di atas, yang kemudian menjadi lagu sederhana (di music player di samping), kemudian memancingku untuk bersenandung. Aku mengambil gitar, dan di kunci G, aku memulai memetiknya meraih nada-nada yang sepantas mungkin dengan keindahan teratai, sekuat imajinasiku.

Tetapi, aku merasa kering, melihat larik-larik itu. Aku tidak memiliki kepercayaan, mengapa Teratai yang aku pilih? Mengapa bunga itu yang mendesakku dengan kuat sekali untuk menjadi simbol dalam aku melukiskan seseorang yang aku kagumi itu. Barangkali saja, ada penjelasan, mengapa ia bermakna, dan mengapa ia begitu istimewa. Inilah beberapa catatan yang aku ulik dari berbagai sumber, aku tuliskan kembali di bawah ini.

Sri Kreshna dalam Bhagawat-Gita bersabda:
Barangsiapa melaksanakan bebagai tindakan-tindakannya, dengan senantiasa menghaturkan (semua itu) kepada Brahman Hyang Maha Kuasa, sambil melepaskan segala keterikatannya, maka insan tersebut tidak akan ternoda oleh dosa, ibarat kelopak bunga teratai yang tak tersentuh oleh air yang menunjangnya.

Teratai merupakan tanaman air yang unik. Teratai yang tumbuh di air yang sangat berlumpur (kotor, coklat), warna bunganya lebih cemerlang. Warna bunga bila putih lebih putih, bila merah lebih merah, bila merah muda makin terang warnanya. Teratai atau dalam bahasa latin Nymphaea adalah nama genus untuk tanaman air dari suku Nymphaeaceae. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai water-lily atau waterlily. Di Indonesia, teratai juga digunakan untuk menyebut tanaman dari genus Nelumbo (lotus).

Arti Bunga Teratai
Bunga teratai memperingatkan kita akan Buddha. Akar teratai yang tumbuh di dalam lumpur tetapi bunganya berkembang dengan cantik di bawah matahari. Daun teratai tidak basah kalau kena air. Jika kita tuangkan sedikit air ke atas daun teratai, air akan mengalir turun.


Kesayangan Para Dewa
Teratai, Lotus atau Padma dalam beberapa literatur arkeologi disebut sebagai bunga kesayangan para dewa. Arca para dewa sering menggambarkan "sang Dewa" sedang duduk sambil memegang bunga Teratai. Teratai merupakan bunga yang hanya layak dipersembahkan kepada Sang Penguasa Tertinggi yang menciptakan dan menguasai dunia seisinya: Tuhan Yang Maha Esa.

Hanya dari Lumpur
Walaupun Teratai hidup berakar dari "lumpur", dimana benih Teratai disebarkan, dengan siraman hujan yang walaupun hanya sekejap, kuncup akan tumbuh dan berkembang, mempersembahkan kepada alam semesta raya, kelopak bunga elok penuh keagungan.

Penuh Pesona
Treatai memang bukan bunga yang harum semerbak, tetapi keberadaannya mampu membuat orang menoleh dan memperhatikannya. Tak peduli dia hidup di kolam gedung megah atau di kubangan lumpur belantara, tetaplah mereka akan memberi kesan mendalam bagi yang melihatnya. Teratai juga merupakan bunga yang tak pernah "mati" saat kemarau melingkupi bumi, dia tetap hidup dalam umbinya, terpuruk dalam tanah kering kerontang. Tetapi begitu hujan datang, kuncup bunga akan segera mekar di tengah hijau dedaunan.

Penuh Manfaat
Teratai bukan hanya elok dipandang dan dinikmati, tapi setiap bagian dari tumbuhan ini sangat berguna bagi siapapun. Bunganya sangat elok menjadi kesayangan dan persembahan terpilih bagi para penguasa; daunnya yang lebar jadi tempat bernaung dan berlindung bagi mahluk disekitar alam hidupnya; akar umbi, dan bijinya dipercaya sebagai obat penyembuh bagi si sakit.

Bunga teratai dipilih sebagai simbol yang tepat menggambarkan kesucian dan keagungan Hyang Widhi (Tuhan) karena memenuhi unsur-unsur:
- Helai daun bunganya berjumlah delapan sesuai dengan jumlah manifestasi Hyang Widhi di arah delapan penjuru mata angin sebagai kedudukan Horizontal : Timur (Purwa) sebagai Iswara, Tenggara (Agneya) sebagai Maheswara, Selatan (Daksina) sebagai Brahma, Barat Daya (Nairiti) sebagai Rudra, Barat (Pascima) sebagai Mahadewa, Barat Laut (Wayabya) sebagai Sangkara, Utara (Uttara) sebagai Wisnu, Timur Laut (Airsanya) sebagai Sambhu.

- Puncak mahkota berupa sari bunga yang menggambarkan symbol kedudukan Hyang Widhi secara vertikal dalam manifestasi sebagai : Siwa (adasthasana/dasar), Sadasiwa (madyasana/tengah) dan Paramasiwa (agrasana/puncak).

Bunga teratai hidup di tiga alam yaitu tanah/lumpur disebut pertiwi, air disebut apah, dan udara disebut akasa. Bunga teratai merupakan sarana utama dalam upacara-upacara Panca Yadnya dan juga digunakan oleh Pandita-Pandita ketika melakukan Surya Sewana (pemujaan Matahari).

Bunga teratai juga merupakan bunga nasional di India, karena dianggap sebagai simbol dari Kebenaran, Kesucian dan Keindahan (Satyam - Shiwam - Sundaram). Itulah sifat-sifat agung Hyang maha Esa. Itulah sebabnya sering kita jumpai istilah-istilah terhormat di berbagai Shashtra-Widhi seperti mata-teratai sang Wishnu, kaki teratai Sri Satya Sai Baba, hati-teratai dan lain sebagainya. Isitlah ini bermakna bahwasanya Awatara atau resi suci yang dimaksud bersifatkan ketiga simbol di atas.

Motif-motif lotus dan teratai ini selalu hadir di berbagai kuil, candi, perhiasan dan ornament-ornamen yang disakralkan. Lotus juga dinamakan Kamal, Kamala, Kamalakshi, Padma, dsb. Yang kesemuanya berarti teratai.

Konon Hyang Narayana, Wishnu, Lakshmi, Ganeshya, Brahma dan Saraswati selalu digambarkan duduk di atas bunga teratai raksasa. Makna bunga ini sangatlah tinggi. Teratai hanya dapat tumbuh di lumpur dan air, namun setelah bunganya mekar, maka sulit sekali bahkan untuk benda sebersih apapun untuk melekat di kelopak bunganya karena sangat berminyak. Demikian juga dengan manusia yang tadinya bergelimangan dosa, seandainya suatu hari disentuh olehNya, maka ia pun akan disucikan ibarat teratai ini.

Bunga Teratai mekar di kala terang di ufuk pagi dan menutup kelopaknya di kala gelap dan malam hari. Demikian juga sabda para resi akan halnya dengan jalan pikiran kita manusia ini yang akan “mekar” kalau tersentuh oleh cahaya ilmu-pengetahuan sejati dan tertutup dalam kegelapan hidup ini.

Demikianlah aku mengagumi dia sebagai teratai, karena telah memberikan banyak inspirasi dalam kehidupanku. *** (Asa Jatmiko, Asa dan Peradaban, dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar: