TYAS TAMPAH
Karya: Asa Jatmiko
\tyas
cahaya di akarakar bambu pekarangan
batangbatangnya yang menari, memercikan biru
memilin hingga langit
di antara bintangbintang alit
ia, terbang mendekat, melesat meninggalkan gelap
berputarputar di atas bumi yang kamu diami
tua gurat tangan, menganyam tampahmu.
keruh
mata, memandang lemah. menutup wajah.
seberkas cahaya itu sosok laksana cahaya.
semenjak
itu kelahiran cahaya, merobek selaput gelap.
kecil.
manther. pijar.
bunyibunyi
yang turut membayi.
mereka
sosoknya. meraba wujudnya.
kegelapan
tercabik, laksana prahara.
riak-riak
gelombang telaga menepi.
menepi.
menuju batas sunyi.
permukaannya
merentangkan diam
tanpa
gerak, menyimpan gerak.
sunyi
dan hening kembali berkuasa.
cahaya
dan suara melindap senyap.
sunyi
tyas, bertumbuh gadis remaja.
matanya
telaga. rambutnya meliuk hutan cemara.
buah
dadanya gunung kembar perkasa.
\jagat
di
batang induk randu tyas terperosok
lingkar
hidup, lingkaran pembatas.
ia onggok bayi, yang merupa utuh.
di atas tampah, rasa dan empat sudut menggila.
bergerak di ranah tampah, empunya.
meraih, melonjak, melindung, menghibur
di ranah tampah, terbuai ayunan sudutsudut.
tetumbuhan
mendedah ke dalam.
mengacu
pada kedalaman.
hidup,
serumit perjalanan menuju kedalaman.
tapi
kematian, semudah pucuk tunas menjangkau api.
kerapuhan
mewabah mudah.
tyas lemah atas tampah.
empat
kerabat, asing sekaligus dekat
\hilang
empat
kerabat mengepungnya
kidung
agung kejayaan jiwa masa lalu
gunung
dan samudra yang akrab
langit
yang dekat
dan
sang guru sejati
yang
selalu ada di dalam hatinya.
di sini semua tergelar.
kamu dapat melihat semua yang tergelar itu.
sekaligus menjadi bagian di dalamnya.
di sini semua tumbuh untuk kemudian rapuh.
semua terlahir untuk kemudian mati, di sini.
di tengahtengahnya hidup menjalar ke seluruh sudut
dan sisi yang diingini.
jika tuhan adalah sesuatu dari mana kamu berasal,
maka ia adalah tanah air.
jika tuhan adalah sesuatu dari mana kamu ada,
maka ia adalah sang pencipta.
jika tuhan adalah sesuatu dari mana kamu hidup,
maka ia adalah sang sumber hidup.
kehidupan kita bukanlah kehidupan ekslusif.
kehidupan kita bukanlah kehidupan yang egois.
kehidupan kita juga bukanlah kehidupan
yang bisa memilih apa yang kita sukai saja.
hidup ini adalah pernyataan sikap: menerima segala.
menjadi kehidupan dalam kehidupan itu sendiri.
terimalah segalanya dengan segenap sukacita.
tyas
jangan bawa tampah sembarangan seperti itu
aduuh, gawat. bisa kuwalat.
duuh, akan ada apa lagi ini.
menjumpai orang-orang lapar
ia merasa lapar
perutnya membuncit, ia berjalan mengangkang.
mengandung dan melahirkan anak
ritual yang tak diinginkannya semenjak mula
dan di ujung malam, bayinya lenyap.
padam bagai senthir yang ditiup.
bunyi-bunyi entah, mendesing di udara.
\milah
gelap.
dan matahari lindap ke bawah semak-semak.
orang-orang
lamat bergerak, lambat.
lingkaranlingkaran
azali yang selama ini dilupakannya.
coreng-moreng
rupa dan warna.
tyas
gila, ngungun di puncak dampar derita.
orangorang
mengambil mikrophon, remote control,
laptop,
bermacam telepon genggam, lalu para plastik.
orangorang
menampi itu semua.
orangorang
memilih dan memilah
sebagai
sedarah satu tanah air: tempat pembuangan akhir.
sayup
tampah ditabuh
imaji
magi.
angan
kahyangan.
serakan
airmata ke tirta kahuripan.
\langgeng
suara sang sabda telah menjelma
terhampar dan tergelar sebagai bukti cintanya
dalam satu rentang ruang dan waktu
malam yang berembun hingga siang yang berbatu
pagi yang bercahaya hingga sore mengantar gulita
dimana kita tumbuh, tanah air yang mengasuh
dimana kita menjauh, tetap di dalam peluk dan
rengkuh
dimana cahaya, cahaya, cahaya adalah sumber suaka
dimana suara, suara, suara adalah sumber sabda
remangremang sang tyas menimang rasa
harum seharum sang tyas mekarkan rasa
hingga saat itu tiba, tak ada lagi tangis nestapa
hanya hening wening dalam pelukan rasa sejati
di tanah ini, semua akan
kembali.
Kudus, 2016-2019
Pembaca Puisi:
Bambang Susanto, Teresa Rudiyanto dan Asa Jatmiko
Tidak ada komentar:
Posting Komentar