Oleh. Asa Jatmiko
Liburan menjadi waktu yang aku tunggu-tunggu. Bagaimana denganmu?
Aku menunggunya karena waktu itulah kesempatan bagiku untuk memberikan total seluruh waktuku bersama orang-orang yang aku cintai. Menghabiskan waktu bersama keluarga. Dan itu selalu menjadi cita-cita di sepanjang hari-hari kerja, saat melakukan aktivitas formal, rutin, saat aku merasa diri tenggelam dalam pusaran target-target, sukses dan gagal sebuah rencana.
Di saat liburan, semua pikiran dan tanggungjawab untuk itu tidak ada. Yang ada hanya pikiran dan perasaan untuk saling berbagi keceriaan bersama. Ada keinginan untuk memanjakan diri. Ada kerinduan untuk melindungi yang lain. Ada niatan untuk membantu kesulitan orang lain. Aku rasa, itu layaknya sebuah tim yang sudah solid dan tercipta semenjak mula oleh Sang Kuasa. Keluarga menjadi pusat segala ekspresi: humaniora, kreativitas, religiousitas dan juga cinta sejati.
Liburan menjadi satu rentang waktu untuk menyegarkan kembali akan hal tersebut. Satu rentang waktu yang memberi kesempatan kepada setiap anggota keluarga untuk saling "lebih dekat" lagi. Sehingga dengan demikian juga akan muncul kesadaran untuk "lebih mengerti" dari sebelumnya. Begitulah, liburan bisa menjadi momentum yang bermanfaat.
Aku sama sekali tidak menolak juga ketika ada pendapat bahwa liburan juga menjadi kesempatan untuk "berbenah". Berbenah apapun itu: berbenah diri, berbenah rumah, berbenah lingkungan, berbenah komunikasi, berbenah dapur, berbenah strategi bisnis, mungkin saja. Tapi apapun aktivitasnya dalam berbebah tersebut, tetaplah unsur "melihat diri, menundukkan diri, menerima diri, membuka diri" menjadi sikap kunci dalam hati kita. Maka itulah, liburan menjadi momentum penting di dalam perjalanan hidup kita.
Seperti Tuhan sendiri pun memiliki satu hari libur ketika Ia telah menyelesaikan penciptaanNya atas semesta dan isinya ini. "Hari ketujuh Allah beristirahat dan memberkati semua ciptaanNya". Tuhan menyempatkan satu hari khusus, pada hari ketujuh, dengan melihat, menikmati semuanya dan mengucapkan (syukur) betapa semua indah dan baik adanya. Dan Ia pun mendoakan apa yang telah diciptakanNya, indah dan baik adanya.***
1 komentar:
setujuuuuuu...!!
Posting Komentar