Sabtu, 09 Mei 2015

Jazz adalah “make somebody happy”

Java Jazz Festival 2015; 6, 7 dan 8 Maret 2015

Jazz adalah “make somebody happy”
oleh Asa Jatmiko





Tidak ada definisi yang pasti dan menjadi pegangan bagi kritikus musik sekalipun mengenai Jazz. Ada yang mengatakan bahwa jazz adalah musik yang berasal dari Amerika Serikat pada awal abad 20 dengan akar-akar musik Afrika dan Eropa. Ada juga yang mengatakan bahwa jazz adalah spontanitas dan vitalitas produksi musik dimana improvisasi memainkan peran penting. Ada juga yang mengatakan, kemerduan dan pengungkapannya mencerminkan bagaimana individualitas musisinya.



Musisi jazz biasanya mengekspresikan perasaannya yang tak mudah dijelaskan, karena musik ini harus dirasakan dalam hati. “Kalau kau menanyakannya, kau tak akan pernah tahu” begitu menurut Louis Armstrong. Musik yang banyak menggunakan gitar, trombon, piano, trompet, dan saksofon ini didominasi dengan sinkopasi. Yakni penekanan atau aksentuasi pada not-not upbeat (not-not dengan ketukan lemah).

Jakarta International Java Jazz Festival

Jakarta International Java Jazz Festival (JIJJF) adalah festival musik jazz terbesar yang setiap tahunnya diselenggarakan setiap awal bulan Maret di Jakarta, Indonesia, oleh Java Festival Production sejak tahun 2005. Selain menghadirkan musisi jazz mancanegara maupun dalam negeri, festival ini juga disertai musisi dari genre musik lainnya seperti R&B, soul, reggae. Beberapa musisi terkemuka yang hadir pada ajang tahun 2006 adalah James Brown, Earth, Wind & Fire, Eric Benet, Bubi Chen, dan Angie Stone. Sementara pada tahun 2007, Sergio Mendes, Chaka Khan, Lisa Ono dan Jamie Cullum adalah para musisi yang dijadwalkan tampil. Menurut situs resmi festival ini, lebih dari 67.000 pengunjung menghadiri festival selama tiga hari pada tahun 2006.



Peter F. Gontha adalah orang di balik kemegahan festival jazz. Ia banyak terlibat dalam aktivitas yang berhubungan dengan jazz. Ia termotivasi dan terinspirasi dari visi bahwa orang-orang dari seluruh dunia dapat bekerja bersama dalam damai dan harmoni melalui media musik yang indah, ia melihat musik sebagai satu-satunya bahasa internasional, memotong semua hambatan dan membuka hati dan pikiran di mana pun terdengar.



Perhelatan Java Jazz tahun 2015 berlangsung pada 6, 7 dan 8 Maret di Jakarta International Expo Kemayoran, dan selalu ditunggu banyak penonton. Di setiap pertunjukan yang dimulai sejak sore hari, di setiap panggung terlihat selalu penuh. Bahkan di beberapa panggung tampak antrian di depan pintu masuk hall, mengular hingga panjang. Seperti saat tampilnya Reza Artamevia, Afgan, kemudian di panggung lainnya ada Richard Bona, hingga di panggung Cakra Khan.



Penampilan-penampilan artis dan musisi jazz lainnya, pun tidak kalah memesona para penonton. Dari Indonesia ada Harvey Maleyholo, Ananda Sukarlan Repsody Nusantara, juga penyanyi wanita legendaris seperti Ermy Kulit, Margie Segers, juga Rien Djamain with Adra Karim & Trust Orchestra yang tampil dalam sebuah proyek berjudul “The Ladies of Jazz”.

Cinta adalah alasan mengapa orang dapat menekuni pekerjaan yang sama selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Ermy Kulit, Rien Djamain dan Margie Segers telah menjadi vokalis lebih dari 40 tahun. Mereka tampil di klub, panggung hingga rekaman di sepanjang karir mereka. Dan kali ini, mereka masih tampil dan bernyanyi di panggung Java Jazz Festival.



The Ladies of Jazz tampil dengan mengusung lagu-lagu yang membawa nama mereka dikenal pecintanya di Indonesia. warna dan karakter mereka dalam membawakan lagu-lagu sangat kuat hingga tetap dikenali sampai saat ini. Saat mereka bercerita tentang karir mereka, mereka menyebut beberapa nama senior yang sangat berjasa menulari mereka musik jazz. Margie Segers dan Rien Djamain menyebut Jack Lesmana sebagai guru mereka, dan Ermy Kulit mengaku banyak dibimbing oleh Ireng Maulana.



Di panggung Djarum Super Mild, pada 6 Maret 2015 menampilkan Angel Pieters, Jumaane Smith feat Ron King Quintet dan ditutup dengan penampilan Jon Reagen. Hari kedua tampil semenjak sore di antaranya: Rinnie Wulandari, Etienne Charles, Mocca dan Skyline. Kemudian pada hari terakhir, tampil Maruli Tampubolon, Lea Simanjuntak bersama Timeless Jazz, Petra Sihombing di malam harinya dan ditutup penampilan Mondo Gascaro.



Sementara di panggung utama, sekaligus menjadi pemuncak Jakarta International Jazz Festival 2015 adalah Jessie J. Dia tampil di malam terakhir, 8 Maret 2015, setelah pada malam sebelumnya tampil pula Christina Perri. Baik Christina Peri maupun penampilan Jessie J, keduanya menjadi magnet kuat perhelatan JJIF 2015. Terutama bagi kalangan kawula muda. Antrian tidak hanya mengular sangat panjang saat penonton hendak memasuki panggung utama, beberapa di antara mereka juga sempat ada yang pingsan. Diperjuangkannya sampai dehidrasi demi menyaksikan Jassie J. Panitia rupanya sudah mengantisipasi, bahkan mungkin hingga kemungkinan yang terburuk. Para petugas keamanan dan medis selalu berjaga dan siaga, sehingga para penonton pun nyaman menikmati pertunjukan demi pertunjukan.



Antusiasme para penonton di ajang JJIF memang sangat tinggi. Para penggemar musik jazz ternyata juga merupakan orang-orang dari berbagai kalangan dan usia. Mereka juga datang tidak hanya dari Jakarta, tetapi juga dari kota-kota seluruh Indonesia. Musik jazz mempertemukan mereka dalam sebuah ajang apresiasi tingkat internasional, dengan musikalitas para musisi yang mumpuni.



Jadi, musik jazz itu apa? Mungkin sebuah paduan improvisasi  dan harmonisasi yang Indah, yang asyik. Mungkin juga merupakan sebuah pesan cinta dan dedikasi sebagaimana yang menjadi semangat The Ladies of Jazz. Rio Sidoq Tetapi buat saya, ketika Jessie J akan tampil, dengan ribuah penonton meruyak menuju satu pintu masuk, saya memilih menyingkir dan menikmati pertunjukan kelompok musik jazz dari Bali, Rio Sidiq. Duduk pada sebuah bangku besi, Rio Sidiq menghipnotis penonton dengan vokalnya yang khas dan desingan clarinet yang dimainkannya. Langit cerah, beberapa kamera drone terlihat mondar-mandir di atas, telinga kubiarkan lena bersama suara Rio Sidiq menyanyikan sebuah lagu milik Santana, sementara anganku terbang mengenang perjuangan dan orang yang saya cintai:

“Make somebody happy
Make somebody strong
Make somebody happy
Make somebody strong

Love me, and love me with all your heart
And I will, and I will, I will, I will, I will, I will
I will take care of you”***

Tidak ada komentar: