Jumat, 28 Desember 2012

Terbang Papat, Mahakarya Kebudayaan


Kesenian Terbang Papat merupakan kesenian tradisi khas Kudus. Dari masa ke masa, kesenian tersebut semakin ditinggalkan masyarakatnya. Alih-alih mengenal permainan alat musik kemplong, telon, salakan, dan lajer dengan melantunkan Albarzanji, Terbang Papat juga semakin menjadi sesuatu yang asing bagi generasi muda. Itulah yang mendorong diadakannya tabuh Terbang Papat oleh Forum Komunikasi Terbang Papat (FKTP) yang diketuai Kholid Seif.

Bahkan agenda tabuh Terbang Papat pada bulan Juli yang lalu berhasil memecahkan rekor tabuh Terbang Papat terlama. Rekor tabuh terbang papat ini melibatkan 131 grup dari ratusan desa yang berasal dari setiap kecamatan yang ada. “Lamanya waktu tabuh terbang ini adalah 87 jam dengan durasi main setiap grup selama 40 menit,” ujarnya.
Kegiatan pemecahan rekor Muri mengambil tema “Menabur Sholawat Menuai Syafa’at” ini berlangsung pada 15 - 19 Juli 2012. “Terbang papat kami yakini sebagai seni khas Kudus yang harus dilestarikan,” ujar Kholid Seif yang juga ketua Forum Komunikasi Terbang Papat (FKTP).

Sementara itu Sri Widayati, perwakilan Muri (Museum Rekor Indonesia) mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik gagasan mencatatkan rekor tabuh terbang papat ini sebagai upaya menyemangati masyarakat melestarikan tradisi warisan para sesepuh itu. “Atas prestasi dan semangat nguri-nguri seni tradisi ini, kami berikan penghargaan sekaligus bukti peraihan penghargaan dunia berkategori mahakarya kebudayaan,” ujarnya saat menyerahkan penghargaan bersamaan dengan pelaksanaan kirab prosesi dandangan di alun-alun Kudus menjelang Ramadhan yang lalu.

Kholid Seif menambahkan rekor Muri menjadi titik awal bangkitnya kembali seni tradisi Kudus terutama Terbang Papat.Terbang Papat, katanya, memiliki kekhasan tersendiri dibanding seni-seni yang sejenis seperti hadrah, rebana dan marawis. “Dari jenis iramanya memiliki nama yang khas, mulai kemplong, lajer, salahan dan telon ditambah jidur. Iramanya sangat rancak dan enak didengar,” tuturnya.

-asajatmiko, dari berbagai sumber-

Tidak ada komentar: